Belajar Bahasa Inggris: Mulai dari Mana?

lembagabahasautp




Penulis: Mohammad Ali Yafi

Kepala Pusat Urusan Internasional 

Universitas Tunas Pembangunan Surakarta


Seperti yang telah jamak dipahami bahwa Bahasa Inggris, bahasa dengan ratusan juta penutur, adalah bahasa internasional yang telah menghubungkan berbagai kepentingan masyarakat dunia, baik dari urusan bisnis hingga pendidikan. Secara faktual, Bahasa Inggris sebenarnya telah berada di sekeliling manusia. Tanpa disadari, pelbagai istilah dalam Bahasa Inggris, pada lanskap masyarakat Indonesia, misalnya, telah “hidup” secara berdampingan. Katakanlah pada barang-barang elektronik, nama-nama gedung, sampai komunikasi sehari-hari seperti yang terjadi di sebagian wilayah di Jakarta dengan julukan aksen “Jaksel” (merujuk pada penggunaan Bahasa Inggris pada generasi muda di Jakarta Selatan). Hal ini dikarenakan eksposur atau paparan masyarakat, khususnya generasi muda terhadap penggunaan Bahasa Inggris, terbilang sangat tinggi.


Banyak contoh lain untuk sekedar menggambarkan paparan Bahasa Inggris terhadap generasi muda di Indonesia. Di Spotify, 60% - 70% tangga lagu terpopuler pada layanan streaming musik ini menempatkan lagu-lagu berbahasa Inggris. Itu artinya, sebagian besar masyarakat Indonesia pengguna Spotify banyak mendengarkan lagu dalam Bahasa Inggris ketimbang Bahasa Indonesia. Beberapa film impor juga tidak kalah. Di Indonesia sendiri, film besutan Marvel Studio, bahkan telah mencatatkan rekor dengan 11,2 juta penonton. Layanan streaming film Netflix juga begitu. Film besutan sutradara asing yang filmnya menggunakan Bahasa Inggris juga banyak membetot perhatian sebagian besar penggunanya. 


Di Indonesia, Bahasa Inggris diajarkan di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Bahkan pada sistem pendidikan di sekolah “mentereng”, Bahasa Inggris telah diajarkan sejak dini; sebut saja pra-sekoah dan/atau taman kanak-kanak. Mereka diajarkan mengeja huruf layaknya penutur Bahasa Inggris mengejanya, bernyanyi dalam Bahasa Inggris, menonton tayangan kartun dalam Bahasa Inggris atau dibacakan buku cerita bergambar yang juga dalam Bahasa Inggris. Di kampus, mahasiswa juga dituntut untuk memiliki skor TOEFL tertentu sebelum diwisuda.


Lalu, mulai dari mana sebaiknya generasi muda belajar Bahasa Inggris?

Pelbagai penelitian telah menunjukkan bahwa langkah terbaik mempelajari suatu bahasa adalah melalui cara yang otentik. Artinya, pembelajar harus sedekat mungkin berada dalam environment satu bahasa itu. Demikian juga Bahasa Inggris. Setidaknya, pembelajar Bahasa Inggris harus “bersahabat” dengan karya sastra seperti novel, film, dan lagu-lagu atau karya non-sastra seperti jurnal penelitian, surat kabar, majalah, buletin dalam bahasa Inggris. Karya sastra lahir dari kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, seluruh budaya dalam bahasa tersebut dapat tercermin dalam karya sastra. Bahasa yang digunakan dalam novel dan film biasanya mengandung tuturan yang otentik yang kemudian secara pragmatis bisa diserap oleh pembacanya. Begitu juga karya non-sastra yang telah sebelumnya disebutkan.


Namun demikian, membaca baik karya sastra maupun karya non-sastra tidak perlu dengan strict dimaksudkan untuk mempelajari Bahasa Inggris. Kita cukup menikmati karya-karya tersebut sebagai hiburan, atau pemerolehan informasi. Dengan demikian, kemampuan Bahasa Inggris akan tanpa kita sadari meningkat dengan sendirinya, seiring kita dekat dengan lingkungan itu dan terpapar. Minimal, ubah pengaturan bahasa yang ada dalam telepon genggam kita menjadi Bahasa Inggris. Mudah bukan?